Selasa, 18 September 2012

Resensi Buku Tentang Sejarah Pendidikan di Indonesia

1. Sejarah kerajaan Awal

 Sistem pendidikan di era peradaban Hindu-Buddha disebut karsyan Karsyan adalah tempat pertapaan.. Metode ini sangat religius, ditujukan untuk menggambar diri sendiri lebih dekat kepada Allah.
Era Islam

Munculnya negara Islam di Indonesia dicatat oleh akulturasi dari kedua tradisi Islam dan tradisi Hindu-Buddha Pada periode ini, pondok pesantren, jenis pesantren diperkenalkan dan beberapa dari mereka didirikan. Lokasi pesantren sebagian besar jauh dari keramaian kota bergegas, menyerupai lokasi Karsyan.
Era Kolonial

Pendidikan dasar diperkenalkan oleh Belanda di Indonesia selama era kolonial. Pada awalnya, itu hanya dibatasi untuk orang-orang Belanda atau Eropa Pada tahun 1870,. Dengan pertumbuhan Politik Etis Belanda, dirumuskan oleh Conrad Theodor van Deventer, sekolah-sekolah membuka pintu . untuk bumiputera atau Indonesia Sekolah-sekolah pribumi disebut Sekolah Rakyat (Bahasa Indonesia: sekolah rakyat), embrio dari apa yang disebut Sekolah Dasar (SD) saat ini [1].

Belanda memperkenalkan sistem pendidikan formal bagi penduduk lokal Indonesia, meskipun ini terbatas pada anak-anak istimewa tertentu Sistem yang mereka diperkenalkan kira-kira mirip dengan struktur saat ini, dengan tingkat berikut.:

* ELS (Belanda: Europeesche Lagere School) - Sekolah Dasar untuk Eropa

* HIS (Belanda: Hollandsch-Inlandsche School) - Sekolah Primer untuk Pribumi
* MULO (Belanda: Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) - Sekolah Menengah
* AMS (Belanda: Algeme ne Middelbare School) - Sekolah Tinggi atau College
* HBS (Belanda: Hogere Burger School) - Pra-Universitas

Pemisahan antara Belanda dan Indonesia di Pendidikan mendorong tokoh-tokoh Indonesia untuk memulai beberapa lembaga pendidikan bagi masyarakat lokal Ahmad Dahlan didirikan Muhammadiyahin November 1912., Dan Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa pada bulan Juli 1922. Pesantren adalah berkembang pesat selama periode ini.

Pemerintah kolonial Belanda juga mendirikan sejumlah universitas untuk Indonesia pribumi di pulau Jawa, seperti :
* Sekolah Tot Opleiding Van Indische Artsen atau STOVIA, sebuah sekolah kedokteran di Batavia
* Nederland Indische Artsen-Sekolah, atau NIAS, sebuah sekolah kedokteran di Surabaya
* Rechts Hoge School, sebuah sekolah hukum di Batavia
* De Technische Hoges Sekolah, atau THS, sebuah sekolah teknik di Bandung

2. Resensi Buku tentang Sejarah Pendidikan di Indonesia

Dalam masyarakat Indonesia sebelum masuk kebudayaan Hindu, pendidikan diberikan langsung oleh orang tua atau orang tua-orang tua dari masyarakat setempat mengenai kehidupan spiritual moralnya dan cara hidup untuk memenuhi perekonomian mereka. Masuknya dan meluasnya kebudayaan asing yang dibawa ke Indonesia telah diserap oleh Bangsa Indonesia melalui masyarakat pendidikannya. Lembaga Pendidikan itu telah menyampaikan kebudayaan tertulis dan banyak unsur-unsur kebudayaan lainnya.
Sejarah pendidikan di Indonesia dimulai pada zaman berkembangnya satu agama di Indonesia. Kerajaan-kerajaan  Hindu di Pulau Jawa, Bali dan Sumatera yang mulai pada abad ke-4 sesudah masehi itulah tempat mula-mula ada pendidikan yang terdapat di daerah-daerah itu. Dapat dikatakan, bahwa lembaga-lembaga pendidikan dilahirkan oleh lembaga-lembaga agama dan  mata pelajaran yang tertua adalah pelajaran tentang agama. Tanda-tanda mengenai adanya kebudayaan dan peradaban Hindu tertua ditemukan pada abad ke-5 di daerah Kutai (Kalimantan). Namun demikian gambaran tentang pendidikan dan ilmu pengetahuan di Indonesia didapatkan dari sumber-sumber Cina kurang lebih satu abad kemudian.
Ada 2 macam sistem pendidikan dan pengajaran Islam di Indonesia :
Pendidikan di Langgar
Di setiap desa di Pulau Jawa terdapat tempat beribadah dimana umat Islam dapat melakukan ibadanya sesuai dengan perintah agamanya. Tempat tersebut dikelola oleh seorang petugas yang disebut amil, modin atau lebai (di Sumatera). Petugas tersebut berfungsi ganda, disamping memberikan do’a pada waktu ada upacara keluarga atau desa, dapat pula berfungsi sebagai guru agama.
Pendidikan di Pesantren
Dimana murid-muridnya yang belajar diasramakan yang dinamakan pondok-pondok tersebut dibiayai oleh guru yang bersangkutan ataupun atas biaya bersama dari masyarakat pemeluk agama Islam. Para santri belajar pada bilik-bilik terpisah tetapi sebagian besar waktunya digunakan untuk keluar ruangan baik untuk membersihkan ruangan maupun bercocok tanam.
Pendidikan Pada Abad Ke Dua Puluh Jaman Pemerintahan Hindia Belanda Dan Pendudukan
Di kalangan orang-orang Belanda timbul aliran-aliran untuk memberikan kepada pendudukan asli bagian dari keuntungan yang diperoleh orang Eropa (Belanda) selama mereka menguasai Indonesia. Aliran ini mempunyai pendapat bahwa kepada orang-orang Bumiputera harus diperkenalkan kebudayaan dan pengetahuan barat yang telah menjadikan Belanda bangsa yang besar. Aliran atau paham ini dikenal sebagai Politik Etis (Etische Politiek)
Gagasan tersebut dicetuskan semula olah Van Deventer pada tahun 1899 dengan mottonya “Hutang Kehormatan” (de Eereschuld). Politik etis ini diarahkan untuk kepentingan penduduk Bumiputera dengan cara memajukan penduduk asli secepat-cepatnya melalui pendidikan secara Barat.
Dalam dua dasawarsa semenjak tahun 1900 pemerintah Hindia Belanda banyak mendirikan sekolah-sekolah berorientasi Barat. Berbeda dengan Snouck Hurgronje yang mendukung pemberian pendidikan kepada golongan aristokrat Bumiputera, maka Van Deventer menganjurkan pemberian pendidikan Barat kepada orang-orang golongan bawah. Tokoh ini tidak secara tegas menyatakan bahwa orang dari golongan rakyat biasa yang harus didahulukan tetapi menganjurkan supaya rakyat biasa tidak terabaikan. Oleh karena itu banyak didirikan sekolah-sekolah desa yang berbahasa pengantar bahasa daerah, disamping sekolah-sekolah yang berorientasi dan berbahasa pengantar bahasa Belanda. Yang menjadi landasan dari langkah-langkah dalam pendidikan di Hindia Belanda, maka pemerintah mendasarkan kebijaksanaannya pada pokok-pokok pikiran sebagai berikut :
Pendidikan dan pengetahuan barat diterapkan sebanyak mungkin bagi golongan penduduk Bumiputera untuk itu bahasa Belanda diharapkan dapat menjadi bahasa pengantar di sekolah-sekolah
Pemberian pendidikan rendah bagi golongan Bumiputera disesuaikan dengan kebutuhan mereka
Atas dasar itu maka corak dan sistem pendidikan dan persekolahan di Hindia Belanda pada abad ke-20 dapat ditempuh melalui 2 jalur tersebut. Di satu pihak melalui jalur pertama diharapkan dapat terpenuhi kebutuhan akan unsur-unsur dari lapisan atas serta tenaga didik bermutu tinggi bagi keperluan industri dan ekonomi dan di lain pihak terpenuhi kebutuhan tenaga menengah dan rendah yang berpendidikan.
Tujuan pendidikan selama periode kolonial tidak pernah dinyatakan secara tegas. Tujuan pendidikan antara lain adalah untuk memenuhi keperluan tenaga buruh untuk kepentingan kaum modal Belanda. Dengan demikian penduduk setempat dididik untuk menjadi buruh-buruh tingkat rendahan (buruh kasar). Ada juga sebagian yang dilatih dan dididik untuk menjadi tenaga administrasi, tenaga teknik, tenaga pertanian dan lain-lainnya yang diangkat sebagai pekerja-pekerja kelas dua atau tiga. Secara singkat tujuan pendidikan ialah untuk memperoleh tenaga-tenaga kerja yang murah. Suatu fakta menurut hasil Komisi Pendidikan Indonesia Belanda yang dibentuk pada tahun 1928 – 1929 menunjukkan bahwa 2 % dari orang-orang Indonesia yang mendapat pendidikan barat berdiri sendiri dan lebih dari  83% menjadi pekerja bayaran serta selebihnya menganggur. Diantara yang 83% itu 45% bekerja sebagai pegawai negeri. Pada umumnya gaji pegawai negeri dan pekerja adalah jauh lebih rendah dibandingkan dengan gaji-gaji Barat mengenai pekerjaan yang sama.

nesaci.com/sejarah-pendidikan-di-indonesia/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar